Showing posts with label Daun Muda. Show all posts
Showing posts with label Daun Muda. Show all posts

Wednesday, June 26, 2013

Pembantu dan Majikan

Sudah dua tahun dia bekerja dirumahku sebagai house keeper. Segala urusan tetek bengek rumah kuserahkan padanya. Aku hanya perlu mentransfer gaji ke ATMnya tiap bulan, dan segalanya beres, mulai dari memasak, mencuci sampai membayar semua rekening tagihan bulanan.
Sebagai eksekutif muda, aku memang terlalu sibuk untuk lebih memperhatikannya. Sepanjang segalanya beres, tak ada masalah buatku. Namanya Anggun, asal Solo. Aku menemukan dia dari agen pembantu rumah tangga. Sebetulnya aku termasuk beruntung karena Anggun bukanlah type pembantu rumah tangga biasa. Dari apa yang kutahu, dia cerdas, bersih, rajin tetapi sedikit misterius. Usianya dua puluh delapan tahun, sama denganku. Hubunganku dengannya hanya sebatas majikan dan pembantu walaupun pada prakteknya, aku tidak pernah memperlakukannya sebagai pembantu. Dia bagiku adalah teman, meski komunikasi diantara kami sangat minim. Kami tinggal berdua di rumahku, di kawasan Thamrin kota Madiun.
Kisah yang bermakna bagiku ini dimulai ketika aku terserang Typus. Harus dirawat inap selama dua minggu di Rumah Sakit. Sepanjang minggu itu, dia terus menjenguk dan menjagaku karena perawat hanya sesekali memeriksa keadaanku. Aku bisa merasakan betapa perhatiannya dia. Adalah wajar, selaku posisiku sebagai majikan, begitulah aku menilai. Rawat inap itu dilanjutkan dengan istirahat di rumah selama seminggu total. Hingga pada suatu pagi..
“Mas.. saatnya mandi.”
“Mandi? Bukankah aku belum boleh mandi?” tanyaku heran.
“Iya.. tapi mandi yang ini khusus, tubuh Mas dilap dengan handuk yang dibasuh air hangat”, katanya menerangkan.
“Ooo.. baiklah”, sambungku lagi.
“Permisi Mas..”
Dia segera membuka bajuku satu persatu dengan hati-hati. Kerjanya yang cekatan bahkan melebihi perawat kemarin. Sedikit demi sedikit tubuhku mulai bersih. Hingga akhirnya sampai juga di daerah selangkangan. Dia memandangku sejenak.
“Silakan saja”, kataku memutus kebimbangannya.
“Kok masih tidur Mas..”
“Apanya?”
“Itu..” katanya sambil menunjuk batang kemaluanku. Aku agak kaget juga.
“Dia juga ikut-ikutan sakit”, balasku karena tidak tahu apa lagi yang mesti kukatakan.
Dia segera membersihkan daerah keramatku dengan lembut. Aku memperhatikan kerjanya saat itu. Dia sesekali memandangku tanpa rasa sungkan. Pada saatnya tanpa terasa, batang kemaluanku mulai naik karena sentuhan-sentuhan menawan tepat di area senjata pamungkasku itu.
“Jangan nakal dong Mas..”, katanya sambil tersenyum penuh arti kepadaku.
Aku hanya bisa terdiam. Terus terang aku malu juga.
“Saya tidurkan lagi ya Mas..”
“Apanya yang ditidurkan?”
“Punya Mas.. kalau bangun gitu.. saya nggak bisa konsentrasi.”
“Hah? Car.. ann. nya”, kalimatku terpotong karena tiba-tiba dia melempar handuk ke lantai dan mencengkeram batang kemaluanku. Diusap-usapnya lembut. Wajahnya langsung didekatkan ke arah selangkanganku. Tanpa bicara langsung dikulumnya batang itu dengan mantap. “Ohh.. ahhsshh..” Dengan rakus diemutnya kemaluanku, dijilati, dikulum dan dikocok-kocok pakai tangan bergantian. Aku hanya bisa merasakan kenikmatan ini dengan nafas yang mulai sesak karena nafsu. Dia melakukannya dengan sangat indah. Aku tenggelam dalam kenikmatan kilat yang tiada tara, hingga akhirnya..
“Aku mauu.. ke.luarhh.. ashh.”
“Ya udah keluarin aja Mas..”
“Di mulut kamu?”
“He eh..” katanya singkat. Dia mempercepat gerakan kepalanya. Aku merasa enak sekali apalagi di saat spermaku akan memancar keluar. Kupegang kepalanya erat, dan.., “Ahh..” aku berseru hebat tatkala maniku menyembur di dalam mulutnya. Sebagian berceceran di bibirnya karena pancaran mani itu banyak. Batang kemaluanku pun dijilatinya sampai bersih. Dia tersenyum, melihatku babak belur dalam permainan ini. Anggun mengerjaiku dengan cara yang professional. Sungguh dia tidak terkesan murahan.
“Nah, sekarang saya sudah bisa tenang kerjanya, punya Mas udah terlelap lagi..” bisiknya mesra.
Batang kemaluanku memang sudah mengendur karena mengalami ejakulasi. Dia teruskan kerjanya di bagian kaki. Aku hanya bisa terpaku seperti orang bodoh.
“Kamu mengerti betul akan laki-laki.. kamu udah pengalaman ya?” tanyaku setengah begurau ketika kerjanya sudah rampung.
“Pengalaman apa Mas?” tanyanya penasaran.
“Cara kamu tadi sungguh bikin aku hampir mati keenakan.”
“Ah.. saya cuma nonton CD yang saya sewa di pasar.”
“Masa sih? Kamu suka nonton gituan ya?” selidikku.
“Nggak.. lagi bosan aja, habis Mas nggak pernah peduli ama saya.. Saya kan kesepian Mas..”
“Upss..” aku disudutkan langsung, telak sekali.
“Emangnya kamu suka diperhatikan ya?” tanyaku dengan perasaan tidak nyaman.
“Ya.. boleh dibilang begitu, emang salah?”
“Nggak juga sih, kalau begitu aku salah.. lain kali aku pasti lebih memperhatikan kamu”, kataku meyakinkannya, dengan rasa penasaran yang belum hilang.
“Anggun.. kamu udah pernah bercinta belum?” tanyaku tanpa basa-basi lagi.
“Menurut Mas gimana?”
“Mana aku tahu?”
“Bentar Mas..”
Dia segera duduk di dekatku. Roknya disingkap sampai atas hingga yang tampak hanya celana dalamnya yang berwarna hitam.
“Nih, silakan Mas periksa deh, biar yakin gitu”, timpalnya seraya menantang. CD itu langsung dilepaskan sampai terbuka, dengan gaya menantang disibakkannya rambut halus yang mengitari liang kewanitaannya. Terlihatlah lubang kemaluannya yang berwarna merah muda dan segar. Darahku langsung terkesiap.
“Ayo Mas.. diperiksa, kok cuman bengong aja sih?”
Aku tak bisa berkata-kata lagi. Jika aku memeriksa, gimana caranya. Itu kan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Walau demikian, naluri laki-lakiku langsung menyeruak tatkala Anggun mengelus-elus barangnya sendiri. Batang kemaluanku langsung bangkit lagi, kali ini getarannya lebih keras, hingga batang kemaluanku berdenyut hebat.
“Lho, ditanya kok malah punya Mas yang menyahut.. nakal ah.”
Dia segera memakaikan lagi celana dalamnya. Kutangkap tangannya, agar CD itu tidak menutupi liang kewanitaannya.
“Anggun.. aku sudah nggak tahan.. sini dong..”
“Eitss.. ntar dulu Mas, ada syaratnya”, katanya lagi yang membuat kepalaku terasa mau meledak menahan nafsu yang manjadi-jadi.
“Apa.. ayo cepat sebutkan syaratnya”, pintaku terbata-bata. Sungguh aku tak tahan lagi.
“Syaratnya nggak banyak.. Mas hanya harus mencintai aku dulu, baru punyaku yang ini terserah mau Mas apain”, katanya mantap seraya menunjuk liang kewanitaannya. Bagaikan tersambar petir aku mendengar permintaannya itu. Selama hidup aku memang tidak pernah merasa mencintai seorang wanita. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, wanita secantik apapun pasti selalu takluk padaku, disebabkan banyak hal. Yang pertama karena aku memang punya tanda fisik yang bagus, menurun dari mamaku yang berdarah Spanyol-Israel dan papaku yang berdarah Batak. Yang kedua, karena sejak kecil, kehidupan ekonomiku memang sangat mapan. Jadi rasanya tidak terlalu berlebihan kalau aku mengatakan demikian.
“Aku nggak akan berbohong padamu, aku tidak mencintai kamu.. setidaknya saat ini.. kenapa harus memakai cinta segala?” tanyaku.
“Kalau begitu, lupakan saja punya saya Mas.. itu bukan untuk Mas..permisi”, katanya segera mengenakan CD-nya dan berlalu. Aku langsung menangkap tangannya, kulihat kesedihan di wajahnya.
“Anggun.. aku.. udah nggak tahann.. ayolahh..”
“Maaf Mas, kalau Mas memaksa, mulai sekarang saya berhenti kerja di sini..”
Aku tak bisa berkata-kata lagi. Dia meninggalkan aku dalam kondisi mengenaskan. Betapa tidak, gairahku dibuatnya terkatung-katung.
Sejak peristiwa itu perasaan bersalahku selalu muncul. Aku tidak melihatnya bekerja sebagaimana biasa. Kucari ke mana-mana, ternyata dia sedang berbaring di kamarnya, pakai selimut.
“Kenapa kamu?” tanyaku.
“Aku sakit Mas.. nggak enak badan”, mimiknya lelah dan pucat.
Kuraba keningnya, memang agak hangat. Entah kenapa, aku jadi begitu kasihan padanya. Aku merasa kalau ada bagian dari diriku yang sakit juga. Ahh.. inikah namanya cinta? Segera kutelepon dokter pribadiku. Anggun diperiksa dan diberi beberapa obat. Sejak Anggun sakit, aku pulang dari kantor lebih cepat. Aku hanya menangani bisnis utama. Pekerjaan lain yang agak ringan kuserahkan pada sekretarisku.
“Mas, Saya mau mandi, udah tiga hari berbaring terus.. kan bau Mas..”
“Lho.. kan kamu belum sembuh benar, dokter bilang seminggu ini kamu harus istirahat.”
“Mandi lap aja Mas, tolong yah Mas”, pintanya kemudian.
Aku bergegas mengambil handuk kecil, membasuhnya dengan air hangat. Perlahan-lahan kubuka bajunya satu persatu. Sekarang dia sudah telanjang bulat. Dalam keadaan sakit pun, dia bahkan kelihatan tetap cantik dan seksi. Luar biasa, pikirku. Kurasakan batang kemaluanku perlahan naik ketika usapan handukku merambah bagian dadanya.
“Ohh.. lamain dikit di situ Mas.. aah..”
“Kenapa?”
“Enak sih”, katanya menggoda.
Aku hanya tersenyum. Kulap dengan perlahan. Puting susunya sejak tadi sangat menggodaku. Karena tak kuat menahan birahi..segera kupagut, kujilati. “Oughh.. Mashh.. kerjaa.. nyahh.. kan belum.. selesai.. Masshh..”
Aku tidak peduli. Aku tahu dia pun menikmatinya. Kuremas-remas payudaranya dan tanganku kemudian beranjak menuju ke selangkangannya. Pahanya langsung dirapatkan. Tanganku terhimpit tepat di liang kewanitaannya.
“Kenapa?”
“Janganh.. nakal Masshh..”
“Aku memang nakal.. terus kenapa?” kataku dan langsung memeluknya. Kulumat bibirnya sampai dia megap-megap, tapi tertawa senang. Kulepas bajuku sendiri, sesekali dibantunya. Kini kami sudah sama-sama telanjang bulat. Kutindih dia dan kujilati bibirnya. Lidahku kumasukkan ke mulutnya sementara tanganku terus mengelus permukaan lubang kemaluannya. “Ssshh.. Mass.. terushh Mas.. ashh..” Ciumanku turun ke dada. Satu persatu jilatanku mendarat di permukaan bukit kembarnya yang merangsang. Putingnya kusedot-sedot sampai berbunyi keras. Dia menggelinjang penuh nafsu. Nafasnya tersengal-sengal. Kuciumi perutnya dan tanganku mengusap-usap pahanya. Anggun semakin terlena. Dia terkulai pasrah. Aku merasa semakin perkasa. Sesampainya di bawah, kubuka pahanya dan kutekuk. Liang senggamanya langsung kuserbu. Liang itu tetap wangi meski dia tidak mandi tiga hari.
“Masshh.. yang itu.. jangghh..” belum sempat dia meneruskan kalimatnya, langsung kujilati dengan ganas. Kumulai dari permukaannya. “Ahhsshh.. shh..” dia menggoyang pinggulnya sampai mulutku timbul tenggelam di lembah surganya. Kumasukkan lidahku agak ke dalam, dia semakin bergetar dan mulai menjerit-jerit. Ouugghh.. Masshh!” dia berteriak lantang sembari menjambak rambutku ketika kusedot klitorisnya dan kukait-kait dengan nakal. Kali ini tanganku bergerilya lagi di susu segarnya. Sepuluh menit kemudian, cairan yang hangat dan bening keluar dari liang kewanitaannya membasahi mulutku. Dia mengerang seperti kesetanan tatkala cairan itu mengalir. Mulutku sampai becek karena aku terus menjilati lubang kemaluannya. Cairan itu makin lama makin membanjiri selangkangannya. Aku sampai tak tahu lagi yang mana air ludahku, yang mana cairannya. Benar-benar basah.
“Masshh.. yang itu milik Masshh.. terserah Masshh.. cepatt Mashh.. Anggun udah nggak kuat.. Masshh.. tolonglah.. ashh..” dia memohon sambil ngos-ngosan.
Aku jadi teringat peristiwa kemarin. Aku bangkit dan pura-pura berlalu meninggalkannya tergeletak.
“Mashh.. mau ke mana? Lebih.. baik bunuh Anggun aja.. Mas.. Mash..” dia berteriak-teriak memanggilku. Aku mendekatinya lagi.
“Dengan satu syarat”, kataku santai, walaupun sebenarnya batang kemaluanku pun sudah tak tahan lagi.
“Apah.. ayo.. Mashh.. jangan siksa Anggun dong.. hhssh..” bicaranya makin tidak karuan menahan getaran dahsyat yang kuhadiahkan. Saat itu dia bicara manja sekali.
“Kamu hanya harus mencintai aku dulu”, kataku lagi seperti yang diucapkannya dulu.
Tiba-tiba dia terkesiap. Dipandanginya aku setengah tak percaya. Dia bangkit dan menghambur ke pelukanku. Dibenamkannya wajah mungilnya ke dadaku.
“Oh.. Mas Brando, dari dulu Anggun udah cinta ama Mas.. Anggun bahagia sekali Mas.. Anggun cinta ama Mas Brando”, dia menyemburkan kalimat panjang itu setengah terharu.
“Aku juga mencintai kamu Anggun.. sungguh”, balasku jujur.
Dipandanginya aku dan langsung duduk di pangkuanku. Bibirku langsung dipagutnya dengan gemas. Yang kurasakan saat itu adalah perpaduan nafsu dan rasa sayang. Aku langsung membayangkan seks indah yang romantis. Sesekali kurasakan juga batang kemaluanku bergesekan dengan perutnya yang mulus. Dia menegakkan tubuhnya. Dadanya yang putih berhadapan dengan wajahku. Langsung kujilati dan kusedot-sedot dengan bergairah. Dia menggeliat liar dan menggoyangkan pinggulnya tak karuan. Gairahku makin meninggi.
“Anggun.. Mas masukin ya sayang..”
“Iyahh.. Mashh.. Anggunh juga udah.. nggak sabaran pingin bercinta ama Masshh..” balasnya.
Dipegangnya batang kemaluanku dan diarahkannya ke lubang yang sangat nikmat itu. “Aoohh.. shh.. Ahh.. Anggun.. ohh..” Digoyangnya terus pantatnya hingga terasa batang kemaluanku bagai dipijat-pijat dan diremas-remas. Nikmat sekali. Dia menggelinjang dan berteriak, sesekali mengerang, kemudian mendesis liar. Dia menari-nari di atas pangkuanku sambil meremas-remas payudaranya sendiri. Kadang-kadang dia juga mengelus dadaku yang dipenuhi bulu-bulu.
“Mass.. berhenti dulu, Anggunhh mau ganti posisi..” Segera dia merangkak membelakangiku. Sambil melirik ke belakang, dia merangkak sambil pantatnya bergoyang aduhai. Liang kewanitaannya yang basah kuyup tampak menggoda. Kususul dia dari belakang, kutusukkan batang kemaluanku. Dia berseru manja, membuat batang kemaluanku makin gatal rasanya. Aku merasa sedap sekali. Saat itu aku tahu Anggun sudah tidak perawan lagi. Namun kuurungkan hingga permainan ini usai.
“Mass.. Anggunnhh mau.. nyampe..” dia terbata ketika orgasme akan didapatnya lagi. Sodokanku kupercepat namun tetap terkontrol.
“Aughh.. ohh.. nikkmat.. Mashh..”
Aku meremas payudaranya lembut ketika orgasme diraihnya.
“Sekarang giliranku, Sayang”, bisikku lembut di telinganya. Dia cuma tersenyum. Dibalikkannya tubuhnya dan memegang batang kemaluanku. Dia langsung mengulumnya penuh gairah. Dijilatinya dan dikocoknya lembut perlahan secara bergantian. “Ohh..” aku semakin merasa orgasme akan segera datang. Kuraih tubuhnya. “Enak.. mana Nggun? Kamu yang nentuin sekarang.. shh..”
“Aku di atas Mas.. Mas telentang aja..”
Akupun telentang, dia duduk di atasku dan mengarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya. Digoyangnya sambil terkadang menyambar bibirku tiba-tiba. Kami semakin hanyut. Pantatnya kuremas-remas gemas. Dadanya bergoyang-goyang seirama dengan tarian sensualnya. “Anggun.. aku mau keluar.. tahann.. yahh.. say.. sayang..” aku berseru sambil menyodok liang kewanitaannya sekuat tenaga. Dia memekik. Akhirnya kami terkulai dan terdampar berdampingan. Lumayan untuk pasangan yang baru sembuh. Dipeluknya aku dan diciuminya. Kami berpelukan dengan mesranya. Lama kami terdiam dan tenggelam dalam kebahagiaan. Kukecup bibir dan keningnya. Dia hanya melenguh pelan.
“Aku bukan yang pertama”, desisku.
Anggun bangkit dan memandangku dengan perasaan bersalah.
“Apa Mas kecewa karena Anggun nggak virgin lagi?”
Kupandangi dia lalu tersenyum, kupeluk dengan rasa sayang.
“Bukan itu sayang, aku mencintaimu apa adanya.. hanya saja mungkin sangat nikmat bila menikmati tubuhmu ketika masih utuh”, balasku meyakinkan sambil main mata padanya.
“Lagipula.. aku juga tidak terlalu suci untukmu..” lanjutku lagi.
“Ah, Mas nakal sih”, dicubitnya hidungku. Dia menarik nafas dalam-dalam.
“Anggun memang pertama kali disetubuhi sepupu, dia cinta pertama.. dulu aku sangat memujanya, ternyata dia brengsek..”
“Apa cintamu padanya dulu sebesar cintamu padaku sekarang?” selidikku dengan nada cemburu.
“Aku menyerahkan kehormatanku karena dulu cintaku sangat besar Mas. Sekarang, Mas harus berjuang untuk mendapatkan seluruh cinta Anggun..”
Aku tertegun. Sungguh wanita itu luar biasa.
“Lalu apa yang harus aku lakukan, agar kamu mencintaiku dengan segenap hati dan melebihi si brengsek itu?”
Dia menatapku mesra. Ditindihnya aku.
“Yang pertama, Mas harus memberikan seluruh cinta Mas padaku. Yang kedua, menikahlah dengan Anggun supaya Mas lebih bertanggung jawab dan perhatian sama Anggun.. dan yang ketiga..” Dia langsung mencengkeram batang kemaluanku erat, aku meringis tapi enak, “Ini milik Anggun, ini hanya boleh dimasukkan ke dalam punya Anggun, dan..”
“Dan apalagi?” tanyaku tak sabar.
Dibimbingnya tanganku ke liang kewanitaannya, dan mengelusnya bersama-sama.
“Mulai sekarang, ini seutuhnya untuk Mas Brando..”
“Ahh.. aku mencintaimu Anggun.”
“Anggun juga Mas..”
Dan kami pun saling memagut dengan ganasnya. Beragam duel seru kami nikmati lagi hingga menjelang pagi. Segala gaya yang dia tahu sudah kami praktekkan, demikian juga posisi-posisi yang aku tahu. Sampai kami kelelahan dan tertidur pulas.
Akhirnya, aku hanya bisa mengatakan kepada pembaca sekalian bahwa seks juga bisa membuat kita mengenal pasangan lebih jauh. Ini terdengar kebarat-baratan, tapi itulah kenyataannya. Jangan kita meneruskan kebiasaan munafik kita, supaya tingkat perceraian di Indonesia bisa ditekan semaksimal mungkin. Well, dalam waktu dekat kami akan menikah di Madiun.

Anak Kos Belakang

Aku Fadil mahasiswa di Kampus X di jogja, berasal dari keluarga sederhana di kota di luar jogja. Di jogja ini aku tinggal ngekos di sebuah dusun dekat dengan kampus dan rata-rata rumah disini memang dijadikan kos-kosan, baik untuk putri maupun putra. Kosanku berada didaerah bagian belakang dusun dan dibagian depanku ada kos putra, disamping ada kos putri, dan di belakang ada kos putri yang dihuni 7 orang. Yang akan aku ceritakan disini adalah pengalamanku dengan penghuni kos putri yang berada di belakang kosku.
Singkat cerita aku dan penghuni kos putra yang lainnya memang sudah kenal dan lumayan akrab dengan penghuni kos putri belakang, jadi kalo ada yang perlu bantuan tinggal bilang saja. Aku sering sekali main ke kosan putri itu untuk sekedar ngobrol-ngobrol saja diruang tamunya, itupun kalau dikosanku lagi sepi, maklum saja aku sendiri yang angkatan tua yang nyaris gak ada kerjaan, sedangkan yang lainnya masih sibuk dengan kuliah dan kegiatan-kegiatan lainnya. Saking seringnya aku main ke kosan belakang, ketujuh cewek penghuninya sudah sangat terbiasa dengan kehadiranku disana, dan ada satu orang cewek bernama Ana, tingginya sekitar 165cm, beratnya sekitar 50kg, kulitnya kuning, ukuran Branya mungkin cuma 34A, pernah sehabis mandi masih dengan balutan handuk sejengkal diatas lutut dia lewat didepanku dengan santainya. Aku yang masih sangat normal sebagai lelaki sempat melongo melihat pahanya yang mulus ternyata, dan dia cuek aja tampaknya.
Sampai suatu hari, sewaktu liburan UAS sekitar menjelang sore saat aku datang ke kosan belakang seperti biasa, disana hanya ada Ana sendiri, dia memakai daster bunga-bunga tipis selutut, dia sedang didepan komputer dikamarnya yang terbuka pintunya, kupikir dia lagi mengerjakan tugas
“lagi ngapain, An? Yang laen kemana?” tanyaku didepan pintu, “eh Mas Fadil, lagi suntuk nih, lagi ngegame aja, yang laen kan mudik mas, trus Mbak rina kan KKN pulangnya malem terus” jawabnya sambil masih memainkan mousenya
“masuk mas”.
Aku pun masuk dan duduk di karpetnya
“ emang kamu ga mudik juga An?”
“aku kan ngambil SP mas, males klo harus ngulang reguler” jawabnya.
“lagi ngegame apa sih?” tanyaku lagi
“ini nih maen monopoly, abis yang ada cuma ini” sambil merubah posisi kakinya bersila dan sempat memperlihatkan pahanya, akupun melongo lagi di sajikan pahanya itu, sampai akhirnya dia sadar dan sambil menutup pahanya dia bilang
“hayo ngliatin apa?”
“eh ngga, ga liat apa-apa” jawabku gelagapan
“hayooo ngaku, pasti nafsu ya, dasar cowo” dia bilang
“yeee jangan cowo aja donk yang salah, yang bikin nafsu kan cewe” kataku membela diri
“wuuu ngeles aja” dia bilang sambil melanjutkan gamenya tadi, “eh mas punya film ga? BT nih”
“film apa ya? Yang di tempatku kan dah di tonton semuanya” jawabku
“yaaah apa aja deeeh” dia memohon
“apa dong, ya emang udah ga ada lagi, ada juga bokep tuh klo mau”
“mau dong mas mau” dia bilang
aku kaget mendengar itu langsung bilang
“beneran nih, nanti kepengen repot lagi”
“udah sana ambilin, aku iseng ni mas”
“tapi nontonnya bareng ya” kubilang
“iihh ga mau ah, nanti malah mas fadil pengen, bisa diperkosa aku”
“ga bakalan atuh sampe kaya gitu, mau diambilin ga niy? Tapi nonton bareng ya”
“iya deh, ambil sana” pintanya.
Secepatnya aku lari ke kos lalu mengcopy bokep yang ada di komputer dikamarku, aku copy yang bagus-bagus saja, kemudian setelah selesai aku langsung berlari ke kamar Ana dan menyerahkannya. Ana pun langsung mengcopy yang ada di flashdiskku.
Kamipun menontonnya, aku duduk berada disebelah kirinya, dan dia duduk sambil memegang bantal. Kami tak ada bicara saat film itu dimulai. Baru beberapa menit menonton, aku mulai horny karena baru kali ini aku nonton bokep sama cewek yang bukan pacarku berdua saja, kontan saja akupun agak-agak salah tingkah berganti-ganti posisi duduk demi menutupi kontolku yang sudah berdiri tegang. Tak berapa lama sepertinya diapun mulai merasakan hal yang sama, nafasnya mulai tak teratur dan agak berat seperti ada yang ditahan, duduknya pun mulai berganti posisi dan sekarang bersila sambil memeluk bantalnya itu. Seandainya aku yang jadi bantalnya, hmmmmm. 
Akhirnya aku memberanikan diri bertanya
“kenapa, An? hayoo”
“apaan sih, ga kenapa-napa ko, mas tuh yang kenapa dari tadi gerak-gerak terus?” dia merengut
“ yahhh, namanya juga nonton bokep An, nontonnya sama cewek manis berdua aja lagi” kubilang
“emangnya kenapa klo nonton ma cewek berdua aja”, sepertinya dia memancingku
nekad saja aku bilang
“ya, jadi kepengen lah jadinya”
“tuuh kan bener yang aku bilang tadi” Dia melanjutkan
“ mas fadil suka ya begituan?”
dan aku jawab asal
“ya sukalah, enak sih”
“lah kamu sendiri suka nonton bokep ya? Dah dari kapan? Jangan-jangan kamu juga udah lagi?” langsung aku cecar saja sekalian
“iihhh, apaan sih” dia bilang,
“udahhh ngaku ajah, udah pernah kan?kalo udah juga ga papa, rahasia aman kok, hehe” aku cecar terus
“mmmm tau ah” dia malu tampaknya, kemudian dia mengalihkan dan bertanya
“mas fadil klo begituan suka jilatin kaya gitu mas” sambil menunjuk adegan cowok lagi jilatin memek cewek
“iya, suka, di oral juga suka, kenapa? Pengen ya hehehe”
“ihhhh orang cuma nanya” jawabnya malu-malu
“kamu emangnya belom pernah di oral kaya gitu An?”
“belom lah,aku sebenernya pernah ML 2 kali, tp cowokku ga pernah tuh ngejilatin ‘itu’ku, aku terus yang disuruh isepin ‘anu’nya “ akhirnya dia ngaku juga
“ wahh keenakan cowokmu donk, diisep terus kontolnya ma kamu, dah jago dunk, jadi pengen, hehe”
“wuuu sana ma pacarmu sana” katanya
“pacarku kan jauh An” jawabku.
Aku langsung bergeser merapatkan diri disamping dia
“ an, mau aku jilatin memeknya ga?” aku langsung aja abis udah ga tahan. Dia diam saja, aku cium pipinya diapun menghadapkan mukanya kearahku, aku dekatkan bibirku ke bibirnya dan kamipun berciuman dengan sangat bernafsu. Tangan kiriku mulai meraba toketnya, diapun melenguh “mmmh” sambil tetap berciuman.
“An, udah lama aku pingin ngerasain ngentot sama kamu” kataku
“aku juga mas, aku kan sering mancing mas fadil, tapi mas kayanya ga ngerasa” dia bilang
“ihh pake mancing-mancing segala, kan tinggal ajak aja aku pasti mau”
“yeee masa aku yang ajak” katanya manja sambil menggelayutkan tangannya dileherku
“berarti boleh dong memeknya aku jilat” sambil kuturunkan tanganku ke memeknya yang masih terbalut dasternya
“lom diijinin aja tangannya udah megang memekku nih” sambil tersenyum kemudian menciumiku.Aku langsung melumat bibirnya sambil mengangkat dasternya hingga tanganku dan memeknya hanya dibatasi CD tipis saja. Ana sudah mulai memasukkan tangannya kedalam celana(saat itu aku hanya menggunakan celana boxer) dan CD ku sampai menyentuh kontolku dan kemudian mengelusnya lembut
“mmmhhh Ana sayang”
Aku membuka kaosku lalu melepaskan dasternya sekalian hingga tersisa CD dan bra nya saja.
“kamu seksi An”
“mas fadil juga kontolnya gede, Ana suka banget, Ana isep ya?”
“iya An, aku juga ga sabar pingin memek km”
Akupun berdiri, Ana memelorotkan celana sekaligus CDku sampai kontolku seperti melompat kedepan mukanya saking tegangnya, Ana sedikit kaget saat melihat kontolku yang memiliki panjang sekitar 17cm
“mas, gede ih, pacarku ga segede ini kontolnya”
Saat dia sudah membuka mulutnya ingin melahap kontolku, aku langsung menariknya hingga berdiri
“sebentar sayang, dah ga sabaran pengen isep ya?”
Ana mengangguk manyun
“kita 69 yuk sayang”
Aku membuka tali bra nya dan lalu cdnya kuturunkan, terlihat bersih memeknya tanpa jembut.
“memek kamu bersih sayang”
“baru kemaren aku cukur mas, abis suka gatel kalo ada bulunya, mas suka ngga?”
“suka banget sayang” sambil kuciumi memeknya.
Ana naik ke kasurnya dengan posisi telentang mengundangku, akupun naik dan memposisikan kontolku berhadapan dengan mukanya lalu mukaku didepan memeknya.Aku mulai menjilati memeknya dengan lembut , Ana tanpa ragu memasukkan kontolku ke mulutnya dan mengocoknya perlahan
“oughhh, mmmhhh Ana sayang” memek Ana terasa sangat legit aku menjilati klitorisnya yang kemerahan
“hmpffhhh….mmmpphhh” Ana melenguh
Sekitar 5 menit kami di posisi ini, kami sudah sama-sama tidak tahan, aku mengubah posisiku berada di atas tubuh telentang Ana dan mengarahkan kontolku ke memeknya. Memeknya sudah agak basah setelah oral tadi, aku menggesek-gesekkan kontolku sesaat
“ohhhh, masukin masku sayang, Ana ga tahan lagi mmmmhhh”
Aku senang mendengarnya memohon minta di entot. Aku menekankan kontolku perlahan, baru kepalanya yang masuk, agak sulit, aku hentakkan sedikit, Ana menggigit bibirnya, dan akhirnya kontolku berhasil memasuki lubang senggamanya, sempit dan seret rasanya membuatku merasakan kenikmatan saat aku awal bercinta dengan pacarku, namun ini terasa lebih mungkin karena lebih menantang. Aku memompa memeknya perlahan-lahan, Ana mengikuti gerakanku dengan menggerakkan pinggulnya mengarahkan memeknya. Aku genjot terus sambil kupeluk Ana dan menciumi bibirnya yang merah basah.
“mmh. Hmmpppf….sayang enak banget sayang, memek kamu sempit banget, kontolku kaya dipijet-pijet”
“ he emh mas, oughhh terus mas, masukin terus mas, biar Ana jepit kontolnya, ahhhhh” bicaranya terengah-engah
Aku menggenjot terus sampai akhirnya kontolku amblas didalam memeknya. Aku semakin cepat memompa liang senggamanya.“ahhh,,ohhhh, masku,,,ohh,,entot aku ohh..enak banget mas sayang, Ana pingin oohhhhh dientot mas terus, ayo ooougghhh” Ana sudah tak karuan omongannya saking menikmatinya.
15 menitan kami bercinta dalam posisi tersebut dan aku memintanya nungging untuk posisi doggy , Ana menurut saja, aku masukkan kontolku kememeknya lagi dan sekarang sudah agak lancar walaupun masih terasa sempitnya seperti memeras dan menyedot kontolku masuk. Aku memegang pantatnya yang mulus bersih sambil aku pompa tak terlalu cepat, Anapun memajumundurkan memeknya hingga seperti akan menelan kontolku seluruhnya dan sangat nikmat rasanya.
Aku mempercepat genjotanku di memeknya, Ana sedikit berteriak kenikmatan
“auhh mas,, mmmhh terus mas, enak ahhh…kontol mas…oohhh sayang”
Nafasku semakin memburu dan bernafsu mendengar ocehannya itu membuat genjotanku menjadi sangat cepat
“sayang, aku kluarin dimana sayang…ah ah oughh”
“didalem…argh aja sayang auuhhh ga papa, Ana juga mau keluar mmmhhh”
Genjotanku cepat sekali karena spermaku sudah tak tertahankan lagi mau keluar.
“arrrgghhh aku keluar sayanggg”
Dan saat itu juga tubuh Ana mengejang orgasme
“ahhhhhhh, aku juga ssssshh mas”
Aku muntahkan spermaku dalam lubang memek Ana, aku memutar tubuh Ana dengan kontol masih tertancap di memeknya,aku memeluk dan menciumnya
“kamu hebat sayang, memek kamu hebat jepitannya”
“mas fadil juga”
Dia mengajakku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami, dengan masih telanjang kami keluar kamar dan menuju kamar mandi. Aku membersihkan seluruh tubuhnya dengan perasaan sayang yang luar biasa, dan diapun melakukan hal yang sama kepadaku.
Setelah selesai membersihkan tubuh kami, kami kembali kekamarnya dan memakai kembali pakaian kami,saat itu dia bilang kepadaku
“makasih ya mas, udah ngasih kepuasan buat aku, enak banget ngentot sama kamu mas”
“sama-sama sayang, besok-besok lagi ya?”
“siap mas. Muachh” jawabnya sambil menciumku
Akupun kembali ke kosku dengan hati sangat senang dan saat ada kesempatan berdua kamipun melakukannya lagi. Atau saat sama-sama tidak tahan kami janjian ke hotel untuk memuaskan nafsu kami.
Tamat

Bercinta dengan Yuni

Aku ingin sedikit berbagi cerita tentang perselingkuhanku yang lain dengan teman di tempatku bekerja.

Aku bekerja di sebuah pabrik di kawasan pinggiran Jakarta, aku bekerja di bagian produksi. Memang gaji dan fasilitas yang aku dapatkan di pabrik lebih dari cukup. Akan tetapi lingkungan dimana aku bekerja mempunyai kekurangan, yaitu kekurangan pekerja wanita. Ya, memang di divisi tempat aku bekerja hampir seluruh pekerjanya adalah laki-laki. Pekerja wanita yang ada pun hanya beberapa orang yang sudah berumur dan tidaklah menarik hati ku.Akan tetapi karena jabatanku di perusahaan itu, aku sering mondar-mandir antara ruang produksi dan ruang administrasi. Nah, di divisi administrasi itulah ada pegawai wanita yang sangat menarik hatiku. Terlebih hati “adik” ku. Namanya Yuni. Berbeda dengan Tante Sri, bagian tubuh Yuni yang sangat menarik perhatian ku adalah payudaranya. kalau kata anak-anak jaman sekarang diseut TOGE, akan tetapi menurutku lebih tepat dipakai panggilan TOBRUT alias Toket Brutal..hahahahaha.
Oh ya, Yuni merupakan pegawai outsourcing yang baru, dia baru bekerja di pabrikku sekitar dua Minggu. Aku dan Yuni memang belum pernah berkenalan, akan tetapi apabila kami bertemu di saat aku sedang di ruang administrasi ,dia selalu melayangkan senyumnya ke padaku. Entah senyuman itu hanya sekedar senyuman yang dia berikan untuk pegawai senior sepertiku, atau dia memang selalu ramah pada semua orang. Akan tetapi bagiku senyuman itu mempunyai makna yang berbeda. Ah, mungkin ini hanya hayalanku saja yang terlalu jauh. Satu hal yang pasti niat nakalku selalu muncul apabila Yuni melayangkan senyumnya padaku. 

Terbayang selalu bongkahan gunung kembar yang menantang di depan mataku. Gambaranku sih ukuran nya sekitar 34 akan tetapi size cupnya yang menantang, Double D. Terbayang di otaku apabila bongkahan tersebut digesekan di muka ku dan kontol ku. Yuni termasuk kategori ABG dengan umurnya yang baru menginjak 19 tahun. Aku yang sebenarnya lebih menyukai wanita yang lebih tua dariku, enatah mengapa melihat Yuni hasrat ku selalu muncul. Betapa tersiksanya aku apabila kontolku ini tak dapat diajak kompromi, karena jika melihat Yuni kontolku pasti berdiri. Tetapi aku bekerja dengan menggunakan celana jeans yang cukup ketat, sehingga sangatlah menyakitkan bagi ku.
Dan kesempatan ku untuk “mendekatkan diri” kepada Yuni pun tercapai. Waktu itu aku dan Yuni harus lembur kerja karena harus meng-input stock barang produksi dan mengurus beberapa PO untuk sub-kon pabrik ku. Memang aku tidak hanya berduaan saja yang kebagian lembur, akan tetapi aku yakin akan mendapatkan kesempatan untuk mencicipi tubuh Yuni. Setelah istirahat sebentar akupun membawa berkas-berkas yang diperlukan dan beranjak menuju ruangan admin. Disana telah ada 4 orang admin yang sedang lembur. Aku pun mendekati Yuni yang mejanya agak jauh sendiri. Aku pun mengambil kursi dan langsung duduk di sebelah Yuni. 
“Eh, mbak...ini berkas yang harus di input, tolong ya di duluin berkas saya ,supaya lekas beres kerjaannya.” Kataku sambil menyerahkan berkas yang aku bawa tadi. Yuni menoleh ke arahku dan tersenyum. Dia pun berkata,” oh ya Pak, saya kerjakan setelah selesai berkas yang satu ini”. Aku pun menjulurkan tangan ku dan berkata,” kita belum kenalan deh, namaku Egi, aku di bagian produksi”. Yuni pun menjabat tanganku dan membalas perkenalanku dengan senyum ,” saya Yuni ,Pak...mohon dibantu karena saya masih baru disini”. Aku tersenyum dan berkata,” Tenang saja, di sini orangnya baik-baik koq, pasti mau bantu kamu”. Lalu kami pun larut dalam pekerjaan kami hingga tak terasa waktu telah menunjukan pukul 23:15. 
Tak lama aku oun memberaskan berkas yang telah di input, Yuni pun membereskan berkas –berkas dan meja kerjanya. Aku pun memberanikan diri bertanya pada Yuni ,”Yun, udah jam segini, ka,u pulang nya ke mana? Jauh ga?”. Yuni menjawab,” Ngga terlalu jauh pak, kalau naik angkot paling sejam lah”. Lalu aku bertanya lagi ,”Terus kamu pulang sama siapa? Jam segini kan ga ada angkot. Dijemput Suami atau cowoknya?” Yuni pun menggelengkan kepalanya dan menjawab ,” Tidak Pak, saya belum menikah, kalau cowok dah putus 3 bulan yang lalu, jadi paling Yuni pulang pakai taksi saja”. Aku pun bersorak dalam hati ,” Nah ini dia kesempatan ku datang”. Lalu aku pun menawarkan diri untuk menawarkan diri menangantar Yuni pulang. Awalnya Yuni menolak dengan alasan takut merepotkan dan tidak enak takut jadi gosip di pabrik. Karena aku desak , dan memang aku punya alasan kuat karena arah kita pulang sejalan. Akhirnya Yuni pun setuju untuk diantar olehku.
Aku pun beranjak menuju lapangan parkir di ikuti oleh Yuni. Melihat Yuni yang berjalan di belakangku aku pun berhenti dan berkata ,” Loh koq malah jalan dibelakang ku? Kayak mau baris-berbaris...sini jalan nya bareng aja”. Lalu aku pun menarik tangannya dan berjalan menuju mobilku. Ada satu hal yang aneh menurutku, ketika aku menarik tangannya dan berjalan sambil memegang tangannya ,Yuni tidak sekali pun melepaskan pegangan tanganku. Tapi aku tidak berpikir jauh, takut salah tafsir nantinya. Lalu kami pun masuk kedalam mobil ku. Aku pun menyalakan mobil ku dan tak lama kami pun berangkat. Lima belas menit pertama tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut kami berdua. Hanya suara lagu Rihana yang terdengar dari tape mobilku. 
“Hayyooo..koq malah diam sih? Kayak belum kenal, kan tadi udah kenalan”. Yuni terlihat kaget dan tersenyum,” Duh...bikin kaget aja Pak, ga papa koq pak, Cuma saya malu ga tau mau ngobrol apa.” Aku pun tersenyum dan berkata ,” Yah, ngobrol apa keq, ngobrol ringan, ngobrol berat terserah, ngobrol dewasa juga boleh...”. Mendengar omongan ku , kulihat Yuni melirik ke arah ku. Dia menjawab,” Koq ngobrol dewasa sih Pak, ga enak ah...”. “Kalau dibikin enak sebenarnya kan pasti enak, Yun”. Tak lama kemudian kami pun mulai larut dalam obrolan –obrolan yang dimulai dari onbrolan ringan sampai aku sengaja membawa obrolan ku ke arah obrolan dewasa. Dan ternyata Yuni menganggapi obrolan ku dengan senang, dan tak tampak di wajahnya ada keberatan dengan arah obrolan ku.
Tak lama kemudian aku belokan mobilku ke arah sebuah restoran fast food yang buka 24 jam. “Loh, mau kemana dulu Pak?” Tanya Yuni. “Aku lapar Yun, kamu lapar ga?” tanya ku balik. “Sedikit sih Pak, tapi ga usah lah, ga papa koq. Nanti saya makan di rumah saja.” Jawab Yuni.”Gak papa Yun, sekalian aja lah. Emang kamu ditungguin sama ortu ya di rumah?” Tanya ku. “Gak Pak, Yuni tinggal berdua dengan kakak Yuni yang Cowok dengan istrinya.” Jawab Yuni. Aku kembali bertanya ,”Trus Kakak kamu marah kalau kamu pulang telat ?” Yuni menggelengkan kepalanya dan berkata,” Gak Pak, Kakak Yuni tau kalau Yuni pasti pulang telat lembur. Kadang Yuni suka ke kostan temen Yuni kalau bener-bener telat pulangnya “. Aku menangkap ada kesempatan yang tidak boleh dilewatkan .”Nah kan ,ga ada ,masalah dong kalau kita telat, yang penting kamu ntar sampe di rumah kan...”. Yuni tak menjawab hanya mengangguk pelan dibarengi dengan senyum nya yang membuat kontolku jadi berdiri. Lalu kami pun memasuki fastfood tersebut dan memesan makanan .Akupun mengambil meja yang letaknya di luar ruangan dan agak menyendiri agar aku dapat melancarkan rayuan ku pada Yuni.
Tak lama kami pun makan sambil melanjutkan obrolan kami sewaktu di mobil tadi. Setelah selesai makan aku pun menyalakan rokok putih kegemaranku. Tiba –tiba Yuni berkata ,”Pak ,kalau saya ngerokok boleh ga?”. Aku pun sempat terdiam dan tak lama menjawab ,”Oh, ya silahkan...ga ada yang ngelarang koq. Ada rokoknya?”. Yuni hanya mengangguk sambil merogoh sesuatu dan mengeluarkan rokok dari tas nya. Kami pun melanjutkan obrolan kami dan tanpa terasa waktu telah lewat dari tengah malam. Yuni melirik jam tangannya dan berkata ,”Pak, udah malem banget nih, pulang aja yuk....Saya ga enak sama orang rumah”. 
Aku pun menyalakan rokok kembali sambil berkata ,”Tar yah tanggung, 1 batang lagi, ga papa kan? Lagian kata kamu tadi kalau pulang telat banget kan bisa nginep di kostan temen”. Yuni tak menjawab, lalu mengeluarkan Blackberry nya, kemudian sibuk mengetik pesan di BB nya tersebut. Selang beberapa saat kemudian Yuni berkata ,”Ya sdudah Pak, Saya sudah memberitahu kakak saya kalau ga pulang malem ini, saya pulang ke kostan temen aja”. Kemudian Yuni kembali sibuk dengan bb nya dan beberapa kali mencoba menelpon seseorang namun kelihatannya orang yang dituju tersebut tak menjawab telpon Yuni.Aku pun bertanya ,”Telpon siapa? Kakak Kamu?” Yuni menggelengkan kepalanya dan menjawab ,”Telpon temen yang kost itu, tapi ga jawab dari tadi”. 
Tak lama kemudian terlihat dia tersenyum senang sambil berkata ,”Woiii...telpon koq ga diangkat dari tadi, gue nginep tempat lo ya...Jangan di kunci dulu, tar lagi gue kesitu.............Hah,sorry deh ganggu, tapi doi pulang atau gimana?.................Yaaahhh, terus gimana dong?..............ya udah deh, tar gue hubungin lo lagi deh...”. Terlihat Yuni menutup BB nya dan memasang muka sedikit cemberut. “Loh, kenapa ,Yun?” Tanyaku kepada Yuni. Dengan muka yang masih agak cemberut Yuni pun menjawab ,” Kesel Pak, Cowok nya temen saya ternyata nginep di kostan...trus Yuni jadi ga bisa ke kostan”. Aku kembali bertanya ,”Loh, mank kostan nya bebas? Koq cowok nya bisa nginep?” .
”Ya Pak bebas sekali, tadi aja lama ga diangkat ...eh taunya temen Yuni lagi begituan....”. Jawab Yuni. “Loh, begituan apaan? Aku ga ngerti?” Tanyaku pura-pura bingung. “Ah, masa Bapak ga tau, bapak kan dah dewasa....”. “Oooooohhh...lagi ML toh”.Jawabku. “Nah trus gimana?” Tanyaku lagi. “Gak tau Pak...saya juga bingung”. Jawab Yuni. “Ya sudah, saya bukakan Hotel saja ya... pagi-pagi kan bisa pulang ganti baju.” Ajakku kepada Yuni. Yuni menjawab ,”Gak ah Pak, takut saya...”. “Loh ,takut apaan?” tanyaku. Yuni kembali menjawab ,”Takut diapa-apain sama Bapak”. Aku agak kecewa dengan jawabannya, akan tetapi kulihat raut mukanya tidak menunjukan penolakan terhadap ajakanku. Maka kembali aku mengajak untuk menginap di hotel. Dengan berbagai alasan dan rayuan akhirnya Yuni pun menyetujui ajakan ku. Aku pun bersorak dalam hati. Dan tak lama kemudian mobilku pun kupacu menuju hotel bintang 3 terdekat. Bukan mau sombong, tapi aku lebih memilih hotel berbintang ketimbang hotel melati ataupun losmen, dengan alasan jauh lebih aman dari razia polisi atau satpol PP. yah, untuk jaga-jaga saja.
Aku pun segera turun dan menyuruh Yuni menunggu di mobil. Setelah check in aku kembali ke mobil dan mengajak Yuni turun dan berjalan menuju Hotel tersebut. Tak lama kami pun sampai di depan kamar ,aku membuka kunci elektronik pintunya dan mempersilahkan Yuni masuk terlebih dahulu. Tiba-tiba Yuni berkata ,”Loh koq ranjangnya satu doang Pak?”. Aku pun menjawab ,”Oh..yang double udah ga ada, full semua “. Jawabku enteng, padahal aku memang sengaja memesan yang ranjangnya single. Setalah beberapa saat aku pun membuat kopi untuku dan menawarkan pada Yuni, namun Yuni menggelengkan kepalanya. Sambil mengobrol Yuni duduk di ranjang dengan bersandar pada tembok sambil memainkan remote TV. 
Aku pun duduk di samping Yuni sambil memegang kopi yang aku buat tadi. Kami pun mengobrol sambil diselingi dengan candaan-candaan ringan. Pada saat bercanda itu aku sengaja menumpahkan kopi di tanganku ke baju Yuni. “Waahhhh...sorry banget Yun...sini aku bersihin”. Kataku sambil mengambil tissue dan mengelap tumpahan kopiku di atas dadanya. Aku sengaja mengelap dengan perlahan supaya dapat merasakan empuknya payudara nya yang super itu. Yuni pun berkata ,”Gak papa Pak, udah biar Yuni bersihin sendiri aja di kamar mandi”. Yuni pun beranjak ke kamar mandi. Tak lala kemudian aku mengambil kimono yang tersedia di lemari dan mengetuk pintu kamar mandi untuk menyerahkan nya ke pada Yuni. “Yun...ini kamu ganti pake kimono aja, biar bajunya digantung di lemari aja”. Yuni tak menjawab. Aku pun sempat berpikir dan berkata dalam hati ,”wah..jangan-jangan udah kebaca nih niatku”. Tapi aku berpikir untuk tidak mundur kecuali memang Yuni menolak dengan tegas . 
Tok..tok...tok..kembali aku mengetuk pintu kamar mandi sambil menawarkan kimono nya. Tak lama terdengar suara air mengalir dari keran kamar mandi. Kutunggu dan kutunggu, tak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Aku pun mulai gelisah serta berpikiran takut kalau Yuni marah ,besoknya dia bercerita pada teman-temannya di pabrik. Wah...mati aku kalau sampai itu terjadi. Selagi aku kebingungan dan tenggelam dalam kegelisahanku, kudengar suara Yuni memanggil ku dari dalam kamar mandi. “Pak...masuk aja dan tolong bawakan kimononya sekalian ya, please...tolong ya..”. Masih dengan kegelisahan ku aku pun membuka pintu kamar mandi dan hendak menyerahkan kimono nya. Namun ternyata kegelisahan ku pun musnah, kulihat Yuni sedang berbaring di dalam bath tub dan tersenyum padaku. 
“Pak, dari awal di fastfood tadi sebenernya saya dah baca niat Bapak. Kalau memang Bapak mau, masuk aja sekalian ke dalam bath tub”. Aku pun tak bergeming dan hanya melongo memandangi tubuh Yuni yang tak tertutup sehelai benang pun berbaringa dan berendam di dalam bath tub. Kembali Yuni berkata,”Loh koq malah bengong sih Pak? Bukannya bapak kepengen sama saya, makanya Bapak mengajak saya ke hotel juga?”. Aku menjawab dengan terbata-bata karena masih bingung ,”I..ii..yya sih...taa..tapi...”. belum selesai menjawab ajakan itu, Yuni pun kembali berkata,” Tenang aja Pak, ga usah takut...Yuni juga sebenernya dah kepengen ML sewaktu kita ngobrol di mobil, tapi saya ga tau gimana harus ngomong ke Bapak, eh ternyata saya perhatikan Bapak punya niatan begitu, Cuma kelamaan......makanya mending saya mulai duluan dari pada kelamaan nunggu Bapak.”
Tanpa banyak berpikir, aku pun menanggalkan pakaian ku dan masuk ke dalam bath tub, kemudian dengan bernafsu ku elus-elus payudara nya, dan ku mulai menjilati dan menyedot putingnya yang telah berdiri. Yuni pun mendesah dan memelukku, sampai-sampai aku tak dapat bernafas karena mukaku tertutup oleh bongkahan payudaranya yang besar itu. “Ahhhh...ooouuuhhhh....terus Paaaakkk...hisap terusssssshhh...hhhmmppphh....”. Aku semakin bersemangat menghisap dan menjilati payudaranya ,sedangkan tangan ku pun bergerilya di perut dan turun ke arah memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang tak begitu lebat. 
Aku pun mulai mengusap-usap permukaan memek nya dan mulai menggosok-gosok jari tengahku di antara bibir memeknya .Tak ayal lagi Yuni semakin menggeliat-geliat liar sembari mendesah semakin kencang. “Ooouuuuhhhh.....paaaakkk,...eennaaakkk...ssshhhhh h.....”. kemudian aku mulai memasukan jariku kedalam memeknya dan mulai mengocok memeknya dengan perlahan. Yuni pun tak tinggal diam, tangan kirinya mengelus-elus kontolku yang telah berdiri tegak sedangkan tangan kanannya mengusap-usap puting susuku. Lalu kemudian aku pun berdiri dan menarik tangan Yuni untuk berpindah ke kamar. 
Yuni pun mengikuti ku dan kemudian merebahkan diri di atas kasur .Terlihat lebih jelas bentuk tubuh Yuni dengan lekukan badan yang sangat indah dan membangkitkan gairah pria manapun yang melihatnya. Tanpa menunggu lama aku pun mulai merangkak dan menjilati tubuh Yuni mulai dari kaki hingga terhenti di pangkal pahanya. Lalu aku pun mulai menjilati dan menciumi pangkal pahanya dengan jemariku yang mulai mengelus –elus bibir memeknya. Yuni pun mendesah dengan liar dan meremas-remas rambutku sedang tangan satunya mulai meremas payudaranya sendiri. “Paaakkkkhh...tteerruuusss...aaaahhhhh....ooouuuuc chhh.....ssstt....aahhhh...”. lidahnya sibuk menyapu bibirnya sendiri sehingga menambah gairah ku untuk terus melakukan aksiku di pangkal pahanya.
Jari telunjuku mulai memasuki lobang memeknya sedangkan jempulku mengelus-elus clitoris nya. Tampak Yuni semakin menggelinjang dan mendesah-desah tak karuan. Tak lama kemudian tampak Yuni mengangkat badannya dan mejambak rambutku dengan hentakan yang keras. Terlihat dengan jelas memeknya berkedut-kedut dan diiringi teriakan kecil dari mulut Yuni. “Aaaccchhhhhh......Pppaaakkkhh...ssaaayyyyaaa...kk eelluuaaarrr...oooouuucchhhhh.....”. Selang tak beberapa lama, tubuh Yuni pun perlahan turun kembali dan jambakan rambutnya mulai mengendor. 
Aku pun menghentikan aksiku dan mulai memposisikan tubuhku mengangkangi wajah Yuni. Tanpa di suruh pun ,Yuni mulai mengelus-elus kontolku dan menjilati lobang kencing ku. Sensasi yang kurasakan membuat tubuhku mengigil karena nikmat dan geli pada waktu yang bersamaan. Lalu Yuni pun mulai memasikan kontolku ke dalam mulutnya. Dia mulai menghisap kontolku dengan perlahan tapi pasti. “Wah...keliatannya dia sudah mahir dalam hisap-menghisap kontol nih...”. kataku dalam hati. 
Tapi aku tak memikirkan hal itu dan larut dalam kenikmatan yang kurasakan pada saat itu. Tiba-tiba rasa isengku pun muncul. Dengan sedikit hentakan kecil, kucoba untuk memasukan kontolku seluruhnya ke dalam mulutnya. Otomatis terlihat Yuni terkaget-kaget dan melototkan matanya ke arah ku. Yuni pun terbatuk-batuk dan melepaskan kontolku yang menancap seluruhnya di dalam mulutnya. “Uhhuukkk...uhhuuukk.....Paakk...kkaallaauu mau dimasukan semua bilang doonngg...Uhukk..uhuk...”. kata Yuni terbatuk-batuk. Aku pun tersenyum kecil dan berkata ,”Sorry Yun, hasin aku gemas liat kamu menghisap kontolku ini “. Sambil kembali menyodorkan kontolku ke dalam mulutnya. Yuni pun kembali membuka mulutnya, kali ini dia membuka mulutnya lebih lebar lagi. Aku pun mulai memaju mundurkan pantatku dan sesekali menekan hingga kontolku pun habis masuk seluruhnya sampai terasa sekali mentok di dalam ternggorokannya.
Tak lama kemudian aku pun bangkit, dan berdiri di pinggir kasur. Dan aku pun menarik kaki Yuni sehingga pinggulnya kutempatkan tepat di bibir kasur. Kaki kirinya aku naikan ke atas dadaku. Sedangkan kaki kanannya menjuntai di pinggir kasur. Aku pun menggenggam kontol ku dan mulai menggosok-gosokan kepala nya di atas bibir memek Yuni. “Paakk...ayyooo...maaassuuukkkannn...cceepppeettta annn....”. tanpa menunggu lebih lama aku pun mulai menekan kontolku perlahan dan mulai memasukan kontolku ke dalam memeknya. Tak begitu sulit bagiku untuk memasukan kontolku ke dalam memeknya. Aku pun mulai berpikir ,”wah ,sepertinya Yuni dah ga perawan nih...tapi ga papa deh, kali –kali nyona ABG...hehehehe”. kemudian ketika kontolku telah masuk dua pertiganya aku pun menariknya kembali hingga tersisa kepala kontolku saja yang terbenam di dalam memeknya. Berkali-kali aku melakukan itu hingga terasa memek Yuni mulai makin membasah. 
“Paakk...ayyoo...ddooongg...diii..cceepppeeetiiinn n....” kata Yuni dengan setengah memohon kepadaku. “Sabar Yun, bentar lagi ya.....”. Aku pun mulai mempercepat goyanganku sambil menjilati betis kaki kiri Yuni yang kuletakan di dadaku tadi. “Pllookkk..plookk..plloookkk...”. terdengar suara benturan antara dua selangkangan kami. Yuni pun mendesah dengan liar dan kembali meremas-remas payudaranya sendiri. “Aaaaaahhhh...ssshhhh....pppaakkk...kkkoonnttooolll...bbaaapppaakkk..eennnaakkk...bbeennerrr....ooou ucchhh...hhhmmpphhh...”. Aku tak menjawab ,aku terus menggenjot Yuni dengan penuh semangat. Tak lama kemudian aku pun menghentikan aksiku. Dan melepaskan kontolku. Tampak roman kecewa tampak di wajah Yuni. “Paakk..kkeennnaaapaaaa di ccabbuut..?”. Aku tersenyum dan menarik tubuh Yuni sambil berkata ,”Gantian dong, kamu yang di atas ya...”. Kemudian aku pun berbaring dan Yuni segera menaiki tubuhku. Dia pun berjongkok tepat di atas kontolku, dan kemudian memegang kontolku serta membimbingnya perlahan tepat di bibir memek nya yang tampak merekah indah. Digesek-gesekan nya sedikit, kemudian dengan perlahan tapi pasti Yuni pun menurunkan badannya sehingga dengan mudah kontolku kembali masuk kedalam lobang memeknya.
Yuni terdiam sebentar, tampak dia memejamkan matanya dan mendesah kecil ,”Hmmmppphhh...sssstt....aahhh”. Kemudian dia mulai menaik turunkan badannya. Mula –mula Yuni melakukannya dengan perlahan. Dan lama-lama dia mulai menaik turunkan pantatnya dengan cepat. Kembali terdengar benturan antara selangkangan kami. Tak lama kemudian Yuni pun mengganti posisinya, lututnya di letakan di antara pinggulku, sehingga kontolku pun masuk dengan sempurna ke dalam memeknya. Dia mulai memaju mundurkan pantatnya dan menggoyangkan pinggulnya. Posisi ini kurasakan jauh lebih enak dibandingkan dengan posisi tadi. Aku pun tak tinggal diam, aku mulai meramas pantatnya dan ikut membantu memaju-mundurkan pantatnya. Kedua tangan Yuni pun bertumpu di dadaku. 
Sehingga tampak dengan jelas payudaranya yang besar itu tepat di depan ku. Tampak payudaranya bergoyang mengikuti irama goyangan pantat Yuni. Aku pun tak menyia-nyiakan pemandangan tersebut. Kedua tanganku pun berpindah dari pantat sekarang memegang kedua bukit indah yang ada di depan ku. Dan mulai meremas –remas sambil mulai menjilati putingnya. Terkadang aku gigit –gigit kecil puting nya itu. Tampak Yuni semakin mempercepat goyangannya. “Aaahhh...ppaaakkk...eeennnaaakkk...ppaaakkk...hhh mmmpphhh...ooouuccchhh.” tangan Yuni yang sedari tadi bertumpu di dadaku pun ikut meremas dadaku. “Paaakkk... seebbeenntaarr...laagiihhh....aaahhhh....sseebbeentaarr laagiiiihhhh...Aaaaaaahhhhhhhhhhh.... sssttthhh.... Oooouuuucchhh...”. dan Yuni pun menekan pentatnya kuat-kuat sehingga amblaslah kontolku seluruhnya ke dalam memeknya. Dan tangannya meremas dadaku dengan penuh tenaga. Tubuhnya mengejang disertai kepalanya yang terlempar ke belakang. “Ppppaaakk...aaaahhhhh.......”. dan kembali tubuh Yuni ambruk melemas kedua kalinya. Tampak orgasme nya yang kedua ini jauh lebih nikmat dibandingkan yang pertama tadi. Terlihat wajahnya yang memucat sambil menggigit bibirnya, Yuni pun bergidik disertai tubuhnya yang bergetar karena sensasi orgasmenya masih terasa.
Lalu aku pun membalikan tubuhnya yang terdiam di atas tubuhku. Kemudian ku angkat ke dua kakinya dan kuletakan di bahuku. Tampak dengan jelas memeknya semakin terlihat menggembung, sehingga aku pun menjadi tak tahan ingin segera memasukan kontolku kembali ke dalam lobang kenikamatan itu. Tangan kiriku kupakai untuk menumpu berat badanku dan tangan kiriku kugunakan untuk membimbing kontolku ke dalam lobang memek nya yang telah menanti. Ketika aku mulai menggesekan kepala kontolku di bibir memek itu, Yuni pun menahan pinggulku dan berkata ,”sebentar Paakkk...hhhmmpphhhh....biarr saayya .. istiraahhat dullluuuhh...hhhmmpphhh....”. 
Tampak nafasnya masih tersengal-sengal. Tapi aku tak memperdulikannya, dengan sekali hentak maka kontolku pun masuk kedalam lobang memeknya. “Aaaaahhhh... Paaaakkkk.......!!!!” Teriak Yuni sambil meremas pantatku dengan keras, sehingga terasa pedih karena kukunya yang agak panjang. Aku diam kan sejenak kontolku di dalam memeknya. Terasa sekali kedutan-kedutan kecil di dalam memeknya, dan terasa nikmat sekali. Walau sebenarnya kedutan dan kenikmatan lobang memeknya kurasakan tak sedahsyat Tante Sri. Akan tetapi untuk wanita seumuran Yuni buatku memeknya memang super juga.
Aku masih mendiamkan kontolku terbenam seluruhnya di dalam memek Yuni. Kemudian aku pun mencium dan melumat bibirnya. Awalnya dia menolak dan berkata ,”Maaf Paakkk...saya hanyaa berciuman dengan cowo yang bakal jadi suami saja...ga papa kan pa....?”. Aku hanya diam dan menatap matanya dan kembali berusaha untuk mencium bibirnya, penolakan kembali aku dapatkan. Yuni tampak menolehkan wajahnya ke samping. “Ayoo dong Yun, aku inginmencium bibir kamu, biar tambah lebih enak buatku.” Ke pegang rahang Yuni dan kupalingkan kembali wajahnya ke arah ku. Kudekatkan wajahku dan menciumnya. Kali ini Yuni tak menoleh dan membiarkan aku menciumi, menjilati bibirmya. Akan tetapi selama beberapa saat dia belum juga membalas ciuman ku. Aku pu tak tinggal diam, aku mulai menggenjot kontolku dan ku genjot dengan keras ,sehingga membuat Yuni terpekik pelan. Pada saat dia memekik itulah aku mulai memasukan lidah ku kedalam mulutnya dan mulai menyapu seluruh bagian dalam mulutnya. Perkiraan ku ternyata tepat, sambil terus menggoyangkan pantatku, Yuni meulai mebalas ciuman ku, bahkan dia lah yang menjadi lebih agresif menyedot dan menjilati lidahku. Memang terasa berbeda sekali, kurasakan sensasi yang lebih nikmat disaat menggenjot Yuni ditambah dengan aksi sedotan mulut nya. Tak berapa lama aku semakin cepat menggenjot pantatku. Kurasakan air maniku akan segera keluar .Dan tampak Yuni pun ikut menggoyangkan pantatnya, dan aku tau bahwa dia pun akan segera mencapai orgasme nya yang ketiga kali. Aku pun semakin mempercepat genjotanku, dan kemudian menekan pantatku sekuat tenaga sehingga kontolku terbenam seluruhnya di dalam memek nya. “Aaahhh....aakkuu ..kkeellluuaarrrrhhh........crooottt...ccroooott.. .ccrroooooottt..”. Yuni pun berteriak dan mencengkram pantatku dengan kuat. “Aaaaahhhhh.....sssshhhhh...ooouuuucchhhh.....ssss ayyyyaaaahhh,..jjuggaaa pppaaakkkk....!!!”. dan kurasakan memek Yuni kembali berkedut dan kali ini terasa seakan menghisap kontolku sehingga kontolku serasa tersedot lebih dalam ke dalam memeknya. Terasa seluruh syaraf yang ada di dalam tubuhku seperti tersengat listrik akibat kenikmatan yang luar biasa itu. Tak lama kemjudian aku pun ambruk di sebelah tubuh Yuni yang sama tergolek lemas.
“Yunnnhh...hhmmpphh..memek kamu..toopp baangeett ...dehhh.” Kataku sambil mengecup jidatnya. Yuni pun tersenyum dan menjawab,’Sama paakk...kontol bapak lebih enak dari pada cowok saya...”. Aku pun bertanya kepada Yuni,” tadi katanya ga mau ciuman, katanya kalo ciuman Cuma buat suami nyu doang, koq mau sih di cium aku?”. Yuni menatapku dan tersenyum sambil berkata, “ga tau Pak, selama ini saya hanya berciuman dengan pacar saya. Memang saya pernah ML dengan beberapa cowok kenalan saya, tapi ga pernah selaki pun saya ciuman. Ga tau kenapa sebenernya saya juga ingin berciuman dengan bapak.” 
Yuni terdiam sejenak dan kembali berkata,”Mungkin saya bener-bener suka sama Bapak, walau baru jalan sekali ini, tapi kontol bapaklah mungkin yang membuat saya mau dicium sama bapak.” Aku pun berkata ,”Saya sudah punya istri loh, kamu mau berhubungan dengan cowo beristri?”. Yuni tertawa kecil dan menjawab ,”Kalau saya ga mau ngapain saya ML dengan bapak?”. Aku pun mengecup keningnya dan berkata ,”Tapi saya ga bisa kalau harus berhubungan serius dengan orang lain selain istriku. Apa kamu mau kalau kita hanya berhubungan sebatas seks saja?” .Yuni tersenyum dan menganggukan kepalanya ,”Buat saya sih ga masalah Pak, Bapak ga usah takut saya bakalan nuntut apa pun, karena saya juga sekedar butuh seks nya saja”.
Kami pun tertidur dengan berpelukan . ketika aku bangun tampak jam menunjukan pukul 08:30 pagi. Aku pun bergegas bangun dan hendak ke kamar mandi untuk mandi dan berangkat kerja. Sakan tetapi tanganku di tarik kembali oleh Yuni. “Pak, kita ga usah masuk kerja hari ini yuk....Saya masih pengen ML dengan bapak hari ini....boleh kan?”. Aku terdiam sejenak dan tersenyum ,”Ok, aku telpon ke kantor dulu yang untuk minta ijin, kamu juga jangan lupa telpon kantor juga ya “. Maka kamimpun melanjutkan kegiatan “kenikmatan” kami sampai malam harinya. Aku pun mengantarkan Yuni pulang ke rumahnya. Dan dapat ditebak Yuni pun menjadi “stock”petualangan seks ku yang kedua setelah Tante Sri. Masih ada target selanjutnya untuk kujadikan bagian dari petualangan ku ini. Masih ada Tante A Yung, istri boss ku, dan Mbak Meri penjual nasi di kantin pabrik ku. 
Tamat